Selasa, 11 Maret 2014

Paramex

PARAMEX 


Nama paramex tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Tiga puluh dua tahun yang lalu, ketika pertama kali diluncurkan, paramex ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Akan tetapi kini, obat yang dikenal sebagai obat sakit kepala ini tidak hanya merambah masyarakat kelas menengah ke bawah tapi juga kelas menengah ke atas.
Paramex saat ini merupakan market leader di pasar obat sakit kepala dengan penguasaan pasar 24,87%. Pesaing yang selalu menguntitnya dengan ketat adalah bodrex (20,85%) dan panadol (17,31%) (Suyanto, 2007). Menurut Simon Jonatan, pengamat dari kantor konsultan Brandmaker, kontribusi paramex bagi perusahaan Konimex sebesar 70%-80% yang memiliki omset 400 – 500 miliar rupiah per tahun dengan penjualan 160 – 180 miliar rupiah per tahun. Tahun 2000 – 2002, paramex berhasil mendapat penghargaan Indonesian Costumer Satisfaction Award, dan pada tahun 2002 – 2004 paramex mendapat penghargaan Indonesian Best Brand Award (Manopol, 2004).
Usaha yang dilakukan oleh PT. Konimex dapat dikatakan telah mendapat hasil seperti yang diharapkan. Brand awareness paramex telah terbentuk dalam benak masyarakat Indonesia sebagai obat sakit kepala. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu unsur penting dalam pembentukan ekuitas merk paramex. Ekuitas merk merupakan aset intangible yang memberikan value kepada produsen dan juga pelanggan dengan memperkuat kepuasan dan pengakuan atas kualitas. Menurut Patricia, manajer merk PT. Konimex, walaupun saat ini paramex telah berada pada posisi mature, paramex masih dapat growth dalam kondisi pasar yang cenderung stagnan untuk kategori ini (Manopol, 2004). Adanya tingkat pertumbuhan ini juga tidak lepas dari merk paramex yang telah menjadi suatu brand awareness pada pasar obat sakit kepala.


sumber:http://galerrypharmacists.blogspot.com/2011/12/paramex.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar